Harakatuna.com. Jakarta — Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) menilai bahwa meningkatnya radikalisme keagamaan menjadi tantangan serius sebagai upaya memperkuat kerukunan nasional di Indonesia. BRIN mendorong agar moderasi beragam dijadikan strategi utama dalam menjaga persatuan bangsa di tengah keragaman.
Peneliti Pusat Riset Aksi Kebangsaan (PR AK) BRIN, Mulyana, mengatakan bahwa perkembangan teknologi dan keterbukaan informasi di era digital memberikan ruang yang semakin luas bagi penyebaran ideologi radikal, sehingga perlu langkah nyata dalam penguatan moderasi beragama.
“Radikalisme keagamaan kini muncul dalam bentuk yang lebih halus dan mudah menyebar melalui media sosial. Oleh karena itu, moderasi beragama menjadi strategi efektif untuk mencegah ekstremisme dan terorisme,” ujar Mulyana dalam forum diskusi BRIN di Jakarta, Senin (28/10/2025).
Ia menjelaskan bahwa tantangan kerukunan nasional tidak hanya berasal dari perbedaan pandangan keagamaan, tetapi juga akibat lemahnya literasi digital dan pemahaman kebangsaan di sebagian kalangan masyarakat, terutama generasi muda.
“Banyak masyarakat yang mudah terpengaruh oleh narasi eksklusif karena kurangnya literasi keagamaan dan kebangsaan. Ini yang menjadi celah bagi berkembangnya ideologi ekstrem,” jelasnya.
Menurut Mulyana, perlu adanya kolaborasi antara pemerintah, lembaga keagamaan, dunia pendidikan, serta media untuk memperkuat ketahanan sosial masyarakat terhadap paham intoleransi.
“Kita sudah memiliki strategi dan peta jalan moderasi beragama, tetapi tantangannya adalah bagaimana mengubahnya menjadi aksi nyata yang terkoordinasi lintas sektor,” tegasnya.
BRIN juga mendorong agar sekolah dan perguruan tinggi menjadi garda terdepan dalam menanamkan nilai-nilai toleransi, kebinekaan, dan cinta tanah air. Langkah ini diharapkan mampu membentuk generasi muda yang tangguh menghadapi arus radikalisme.
“Pendidikan harus menjadi ruang pembentukan karakter yang menghargai perbedaan dan menjunjung kemanusiaan. Dengan begitu, kita bisa menjaga kerukunan nasional dari akar rumput,” kata Mulyana.
Selain itu, BRIN mengajak semua pihak untuk memperkuat dialog lintas iman dan memperluas ruang perjumpaan antarumat beragama guna mencegah polarisasi sosial yang dapat memicu konflik.
“Kerukunan nasional tidak datang dengan sendirinya, tetapi harus diupayakan melalui kerja sama, dialog, dan rasa saling menghormati antar unsur bangsa,” tutupnya.
Dengan penelitian dan rekomendasi yang dihasilkan, BRIN berharap pemerintah dan masyarakat dapat memperkuat upaya deradikalisasi serta menjaga semangat persahabatan dalam membingkai Bhinneka Tunggal Ika.