Harakatuna.com. Jambi — Anggota Komisi VIII DPR RI, Hasan Basri Agus (HBA), mengingatkan seluruh pihak untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap penyebaran paham radikal di Provinsi Jambi. Ia menegaskan, radikalisme kini mulai menyasar anak muda berusia 17 tahun, sehingga dibutuhkan peran aktif tokoh agama dan lembaga adat untuk menanggulanginya.
Pernyataan tersebut disampaikan HBA dalam kegiatan serap aspirasi bersama tokoh agama dan pimpinan lembaga sosial keagamaan mitra Kementerian Agama (Kemenag) Provinsi Jambi, yang digelar di Kedai Kajanglako, Telanaipura, Kota Jambi, pada Senin (27/10/2025).
“Kita harus waspada terhadap lembaga-lembaga yang menyimpang dari ajaran Islam yang benar. Jangan sampai ada anak-anak muda kita yang terjerumus karena lemahnya pengawasan,” ujar HBA.
Dalam kesempatan itu, HBA mengungkap adanya temuan 15 lembaga sosial keagamaan yang diduga menghimpun dana publik tanpa izin resmi. Pengumpulan dana dilakukan melalui kotak amal dan jalur lain, dan sebagian diduga kuat disalurkan untuk mendukung agenda pendirian negara Islam.
Selain itu, ia juga menyoroti dua pondok pesantren yang terindikasi beroperasi di bawah lembaga fiktif dan memiliki penyimpangan dalam praktiknya. “Kita tidak boleh menutup mata. Jika ada lembaga atau pesantren yang menyimpang, harus segera diklarifikasi dan dibina. Jangan sampai masyarakat dirugikan,” tegas mantan Gubernur Jambi itu.
Anak Muda Jadi Target Radikalisasi
Dalam sesi diskusi yang dipandu Tenaga Ahli Utama DPR RI, Ir. H. Syahrasaddin, M.Si, para peserta menyampaikan kekhawatiran bahwa kelompok berideologi radikal kini menjadikan remaja usia 17 tahun sebagai target utama. “Organisasi terlarang rata-rata diisi oleh anak-anak muda berusia sekitar 17 tahun. Mereka mudah terpengaruh karena semangatnya tinggi, tapi pengetahuan agamanya masih dirahasiakan,” ungkap salah satu tokoh agama yang hadir.
Oleh karena itu, para peserta meminta agar Majelis Ulama Indonesia (MUI) Provinsi Jambi dan Lembaga Adat Melayu (LAM) Jambi ikut turun tangan melakukan edukasi dan sosialisasi nilai-nilai persahabatan serta Islam moderat kepada generasi muda.
Kepala Kantor Wilayah Kemenag Provinsi Jambi, Mahbub Daryanto, menyampaikan apresiasi atas inisiatif HBA yang memfasilitasi forum dialog lintas agama tersebut. Ia menegaskan bahwa Kemenag akan menyetujui seluruh masukan yang muncul, termasuk pengawasan terhadap lembaga keagamaan yang bermasalah.
“Kami akan berkoordinasi dengan MUI dan pihak terkait agar isu radikalisme ini bisa ditangani secara menyeluruh. Selain itu, masalah buta aksara Al-Qur’an juga menjadi perhatian kami,” kata Mahbub.
Mahbub menambahkan, pembinaan terhadap lembaga pendidikan agama perlu diperkuat agar para pengajar dan santri memiliki pemahaman keislaman yang damai dan sesuai dengan nilai-nilai Pancasila.
Dukungan Tokoh Agama
Sejumlah tokoh agama yang hadir, seperti Ustadz Marjansyah dan Fahmi Tamami, menyatakan kesiapannya untuk membantu pemerintah menjaga keutuhan bangsa dari ancaman penyimpangan ideologi. Mereka menilai, pendekatan kolaboratif antara pemerintah, ulama, dan tokoh adat merupakan kunci keberhasilan deradikalisasi di tingkat akar rumput.
“Kami siap turun ke masyarakat. Radikalisme tidak bisa dilawan hanya dengan ceramah, tapi juga dengan keteladanan dan edukasi yang menyentuh hati,” ujar Ustadz Marjansyah.
Menutup pertemuan, HBA berjanji akan membawa seluruh aspirasi dan masukan yang diterima ke tingkat nasional, agar dapat dibahas bersama menteri terkait. “Walaupun masa reses, saya tetap wajib memperjuangkan aspirasi masyarakat. Semua masukan hari ini akan kami sampaikan ke pemerintah pusat,” tutupnya.