
Harakatuna.com. Kabul – Afghanistan dan Pakistan sepakat untuk menghentikan bentrokan bersenjata di sepanjang garis perbatasan setelah lebih dari sepekan terjadi eskalasi yang membunuh puluhan orang, termasuk warga sipil. Kesepakatan ini dicapai melalui perundingan di Doha dengan mediasi Qatar dan Turki.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri Afghanistan, Abdul Qahar Balkhi, menyatakan bahwa kedua pihak berkomitmen menjaga perdamaian dan tidak lagi melakukan tindakan agresif di perbatasan.
“Kami berjanji kembali komitmen untuk menghentikan permusuhan. Afghanistan dan Pakistan setuju tidak akan menargetkan warga sipil, pasukan, maupun infrastruktur penting,” ujar Balkhi, dikutip dari keterangan resmi.
Sementara itu, Kementerian Luar Negeri Pakistan menegaskan kesepakatan ini merupakan langkah awal menuju stabilitas kawasan.
“Pakistan menyambut baik gencatan senjata ini. Kami berharap dapat membangun kerja sama yang lebih erat dengan Afghanistan untuk mencegah terulangnya bentrokan,” ungkap pernyataan resmi Kemlu Pakistan.
Sebelumnya, bentrokan sengit di wilayah perbatasan—terutama di sekitar Kurram, Chaman, dan Spin Boldak—telah menimbulkan korban jiwa baik dari militer maupun warga sipil. Perdagangan melintasi batas sempat lumpuh dan ribuan orang mengungsi karena ketakutan.
Kesepakatan gencatan senjata juga mencakup komitmen kedua negara untuk tidak memberikan dukungan terhadap kelompok militan yang menyerang pihak lain.
“Kedua negara sepakat untuk tidak mendukung kelompok atau individu yang terlibat dalam aksi kekerasan melewati batas. Ini adalah fondasi penting untuk membangun rasa saling percaya,” jelas mediator dari Qatar dalam pernyataan yang dirilis.
Meski demikian, sejumlah pengamat menilai implementasi kesepakatan ini tidaklah mudah. Sengketa perbatasan yang berlarut-larut, ditambah tudingan Pakistan bahwa Afghanistan melindungi kelompok militan, dinilai masih menjadi tantangan utama.
Seorang analis politik kawasan, Ahmad Zia Rafat, mengatakan bahwa gencatan senjata ini memberi harapan, namun pengawasan pelaksanaan harus menjadi prioritas.
“Jika tidak ada mekanisme monitoring yang jelas, risiko pelanggaran sangat besar. Namun setidaknya langkah ini membuka jalan bagi dialog yang lebih konstruktif,” ujarnya.
Kesepakatan Afghanistan–Pakistan ini dipandang sebagai momentum penting untuk menurunkan ketegangan konflik dan mengembalikan stabilitas kawasan perbatasan yang selama ini rawan.