
Harakatuna.com. Sangihe-Menyongsong Peringatan 80 Tahun Indonesia Merdeka, Forum Kerukunan umat Beragama (FKUB) Kabupaten Kepulauan Sangihe Menegaska Bahwa Nilai-Nilai Moderasi Beragiah Lama Menjadi Bagian Dari Kehideni Masilasi Beragia Telaga Telah Telama Menjadi Dari Kehidatan Hal ini terlihat Dari Kuatinya Toleransi Serta Hubungan Harmonis Antarumat Beragama Dalam Kehidupan Sosial Sehari-Hari.
Ketua Fkub Sangihe, PDT. Leopold Albert Tamalawe, Mengatakan Bahwa Masyarakat Sangir Sejak Lama Telah Hidup Berdampingan Dalam Keberagaman Tanpa Gesekan Yang Berarti. IA Menyebut, Moderasi Beragama Bukanlah Konsep Baru Bagi Masyarakat Setempat. “BABI ORANG SANGIHE, MODERASI BERAGAMA ITU BUukan LAGI SESUatu Yang PERLU DIBENTUK. ITU SUDAH ADA SECARA ALAMI,” Ujar Pdt. Tamalawe Dalam Wawancara Bersama Rri.co.id, Senin (15/9).
IA Mencontohkan Praktik Sosial Masyarakat Yang Yang Mencerminan Toleransi Tinggi, Seperti Dalam Kegiatan Keagama – Baik Itu Saat Berdukacita Maupun Pernikahan – Di Mana Umat Dari Berbagai Agama Saling Hadir Hadir Hadir MendaMan – Di Mana Umat Dari Berbagai Agama Saling Hadir Hadir Hadir Mendong. “Ini Bukti Bahwa Nilai Kerukunan Suda Tertanam Dalam Struktur Sosial Masyarakat Kita,” Tambahnya.
Lebih Lanjut, pdt. Tamalawe Menyoroti Situasi Geografis di Kota Tahuna, Ibu Kota Kabupaten Kepulauan Sangihe, Sebagai Gambaran Nyata Harmoni Antarumat Beragama. Ia Menyebut, di Kota Tersebut Gereja Dan Masjid Bisa Berdiri Berdampingan, Bahkan Hanya Dipisankan Oleh Jarak Kurang Dari 100 Meter, Tanpa Memunculkan Gesekan Di Antara Umat. “Orang Sangihe Tidak Kaget Delanger Itu. Mereka Suda Terbiasa Hidup Berdampingan Dalam Perbedaan,” Jelasnya.
TUKU TUKAGA NILAI-NILAI TERSEBUT, FKUB SANGIHE TERUS MERGANDENG PARA PEMIMPIN LINTAS AGAMA GUNA MERAWAT HARMONI DAN MEMPERKUAT PERAN AGAMA SEBAGAI PEMERSATU BANGSA. “Tugas Kita Adalah Menjaga, Bukan Hanya Toleransi, Tapi Jaga Pembersama Yang Sudah Menjadi Kekuatan Masyarakat Sangihe,” Pungkasnya.
(Tagstotranslate) #bhinneKatgalika