
Harakatuna.com. Ambon – Densus 88 Antiteror Polri melalui Tim Cegah Satgaswil Maluku menggandeng kampus Universitas Islam Negeri (UIN) AM Sangadji Ambon dalam memperkuat ketahanan ideologi di kalangan generasi muda. Kegiatan tersebut dikemas dalam seminar sehari bertajuk “Pencegahan Bahaya Ideologi yang Mengancam NKRI dan Kemanusiaan sebagai Manifestasi Kurikulum Cinta” yang digelar di auditorium kampus pada Kamis (16/10/2025).
Seminar menghadirkan narasumber utama Dr. Rida Hesti Ratnasari, mantan petinggi Hizbut Tahrir Indonesia (HTI). Dalam pemaparannya, Rida menekankan pentingnya kewaspadaan terhadap penyebaran ideologi radikal yang seringkali masuk secara halus melalui berbagai lapisan masyarakat, termasuk lingkungan kampus.
“Radikalisme biasanya berawal dari intoleransi, lalu berkembang ke radikalisme, ekstremisme, hingga akhirnya terjerumus ke terorisme. Model ini dikenal sebagai conveyor belt,” jelas Rida.
Ia juga menyoroti peran media sosial sebagai medium paling subur dalam penyebaran paham ekstrem. Menurutnya, meski HTI secara resmi sudah dibubarkan, jaringan dan ideologinya masih bergerak sembunyi-sembunyi.
“Kita harus memahami bahwa media sosial adalah ladang utama mereka. Narasi dibangun, simpati ditanamkan, dan jaringan direkrut melalui platform digital,” tambahnya.
Kegiatan ini dihadiri oleh sekitar 1.000 peserta yang terdiri dari mahasiswa, dosen, pelajar, serta tokoh pendidikan dan agama di Maluku. Turut hadir Rektor UIN Ambon, Dr. Abidin Wakano, Ketua MUI Maluku, dan pimpinan lembaga pendidikan lainnya.
Rektor UIN Ambon, Abidin Wakano, menekankan bahwa sinergi dengan Densus 88 sangat penting untuk menciptakan suasana akademik yang sehat, inklusif, dan terbebas dari paham ekstrem.
“Kampus harus menjadi ruang aman untuk menumbuhkan gagasan-gagasan kebangsaan. Sinergi ini adalah langkah nyata agar civitas akademika terlindungi dari infiltrasi ideologi yang bertentangan dengan Pancasila,” ujar Abidin.
Sementara itu, perwakilan Tim Cegah Densus 88 Satgaswil Maluku menegaskan bahwa pencegahan adalah langkah paling efektif dalam menangkal radikalisme.
“Mencegah jauh lebih penting daripada mengobati. Oleh karena itu, membekali mahasiswa dengan pemahaman ideologi yang kuat adalah bentuk vaksinasi agar mereka tidak mudah terpapar,” ungkapnya.
Melalui kegiatan ini diharapkan lahir generasi muda yang humanis, nasionalis, dan religius serta mampu menjadi benteng bagi bangsa dari ancaman ideologi transnasional.
“Menjaga keutuhan NKRI bukan hanya tugas aparat keamanan, melainkan tanggung jawab seluruh elemen bangsa, termasuk civitas akademika,” tutup Rida.